Tilik ‘Beban Akademik’ dalam Balutan Kampus Merdeka-Editorial
Sedari awal semester ganjil 2021, Mahasiswa Unnes disibukkan dengan berbagai sosialisasi seputar Merdeka Belajar Kampus Merdeka—atau biasa disebut MBKM. Setelah melalui berbagai sistematisasi yang engga bisa dibilang mudah, justru mahasiswa peserta MBKM makin dibuat pening dengan pelaksanaannya.
Banyak mahasiswa yang mengikuti
programnya menilai kampus belum matang dalam mempersiapkan program usungan
bapak Menteri Kemendikbud, Nadiem Makarim itu. Sudah beberapa waktu berjalan,
banyak kisah yang bisa diutarakan sebagai bentuk keluhan untuk dievaluasi.
Express Edisi tahun lalu, sudah
membahas nasib awal keberjalanan MBKM ini, namun akan menjadi menarik untuk
kembali diulas pada edisi kali ini. Pasalnya, pada edisi bertajuk “Lika-Liku
Kampus Merdeka Jilid 2” Reporter Express mencoba menelisik kembali bagaimana
kabar teman-teman mahasiswa Unnes yang turut dibuat lelah dengan tetek bengek program
‘Kampus Merdeka’ ini. Sebagai tindak lanjut dari laporan utama Express edisi 4-2020.
“Kebijakan kampus merdeka menjadi
inovasi baru dalam dunia pendidikan. Dengan menawarkan sejumlah kemudahan dan
kebebasan dalam mengelola kampus, kampus merdeka benar-benar memberikan
“kemerdekaan” dalam belajar. Namun, jika ‘kemerdekaan’ tersebut tidak
diterapkan dengan semestinya, bukan tidak mungkin malah menjadi bumerang.”
Kutipan tulisan laporan utama Express
“Siapkah Unnes Menuju Kampus Merdeka?” edisi 4-2020 ini menjadi poin dasar yang
dapat dijadikan acuan dalam memantau pelaksanaan MBKM tahun ini. Oleh
karenanya, laporan lebih lanjut berjilid dua ini sebagai evaluasi selama
berjalannya program MBKM—terlebih program Pertukaran
Mahasiswa Merdeka (PMM) dan Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan/Kampus
Merdeka (KM) yang menjadi kegiatan paling populer di kalangan mahasiswa.
Nyatanya
dari kedua program—PMM dan KM—itu, dilaksanakan secara daring dan luring. Kemudian
efisiensi pembelajaran Kampus Merdeka ini menjadi tanda tanya. Ditakutkan bisa saja
keberjalanan program ini tak ubahnya hanya sebatas penguatan integrasi ke arah
bidang industri kepada pihak kampus alih-alih malah membunuh kemerdekaan
akademik (Tirto.id).
Efisiensi
keberjalanan MBKM ini berujung ke berbagai kendala yang dirasakan mahasiswa. Pihak
kampus kemudian menanggapi bahwa mereka pun merasa masih perlu mematangkan
persiapan. Beberapa kendala mahasiswa diulas dalam laporan edisi kali ini.
Tak
hanya mahasiswa yang direpotkan, bahkan pihak program studi di kampus pun
mendapat banyak beban tambahan. Disadur dari Tempo.co, berbagai beban prodi
di antaranya menjalin relasi dengan prodi luar kampus, masalah rekognisi sks,
Menyusun konversi kurikulum, sampai menuntaskan capaian pembelajaran.
Kita
mesti berharap, pemangku kekuasaan di kampus konservasi ini dapat meninjau
kembali apa yang harus diperbaiki selama berjalannya program kampus merdeka.
Setidaknya keluhan, pendapat, saran, kritikan yang tertuang dalam laporan tidak
sekadar bagai debu terhempas angin begitu saja. Hilang tanpa tanda.
Tentu tidak ingin sebagai civitas akademik—dalam hal ini menjadi porosnya pendidikan, malah mengaburkan arti kemerdekaan dalam belajar karena kebijkan yang mereka ambil sendiri.
Buletin Express Edisi 11-2021 bisa diunduh di tautan berikut:
https://linikampus.com/2021/10/30/buletin-express-edisi-11-tahun-2021-2/
Komentar
Posting Komentar